AKIBAT MENGANDALKAN PRASANGKA

Pertanyaan:
Ada yang mengatakan bahwa Abû Ahmad membuat pertanyaan dan jawab sendiri adalah kebiasaannya sendiri. Apa benar tuduhan ini?.

Jawaban:
Mereka yang mengatakan itu di dalam grup mereka “Al-Fawâid Adz-Dzahabiyyah” akan ditertawai oleh orang yang telah bertanya kepada kita, mereka berani membicarakan kita sesuai dengan sangkaan mereka:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sungguh sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kalian yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian merasa jijik. Bertakwalah kepada Allâh, sungguh Allâh adalah Tawwâb (Maha Penerima Taubat) lagi Rahîm (Maha Penyayang).” (Al-Hujurât: 12).
Berkata Nabiurrahmah Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam:

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ

“Hati-hatilah kalian dari berprasangka, karena sungguh prasangka adalah paling dustanya perkataan.” Riwayat Al-Bukhârî.

Adapun prasangka Abul Fadhl Mu’âdz bahwa kita membuat pertanyaan lalu menjawab sendiri, kemudian Abul Fidâ Ar-Riyâwî membenarkan prasangkanya, sebagaimana yang telah mereka muat di dalam grup mereka itu, yang kebiasaan mereka saling bertanya dan saling memberi tanggapan, terkhusus lagi yang berkaitan dengan pertanyaan sebagian mereka lalu dijawab oleh ‘Abdurrahmân Hadîd sesuai prasangkanya pula tentang keberpihakan kita. Maka sungguh dari dulu mereka saling berselisih di antaranya karena masalah ini, sebagian mereka berbicara kepada sebagian yang lain karena dianggap tidak memihak ke mereka, terlebih kalau menyelisihi mereka. Tidak sampai di sini saja, namun mereka akan berupaya mencari berbagai cara untuk bisa menjadikan orang lain memihak ke mereka, tatkala sudah nampak memihak ke mereka walaupun keadaan mereka seperti sekarang ini maka mereka akan meridhainya, Nas’alullâhas Salâmata wal ‘Âfiyah.

Tidaklah kita menyebutkan setiap nama orang yang bertanya kepada kita kecuali karena kita khawatirkan intimidasi atau pemboikotan kepadanya, sebagaimana kalau seandainya kita menyebutkan orang yang bertanya kepada kita tentang pertanyaan yang kita tanggapi ini maka tentu mereka akan menjadi lain dengannya, akan berbeda memperlakukannya sebagaimana sebelumnya, Wallâhul Musta’ân.

Dijawab oleh:
Muhammad Al-Khidhir pada malam Selasa 29 Sya’bân 1444 di Klapanunggal Bogor.

⛵️ https://t.me/majaalisalkhidhir/7285