ANTARA KRITIKAN DAN PUJIAN

Pertanyaan:
Ustâdz izin bertanya, soal pernyataan seorang Ustâdz bahwa Imâm As-Suyûthî sebagai mubtadî’ lalu bagaimana dengan pujian-pujian banyak ulamâ buatnya?

Jawaban:
Penyebutan beliau sebagai mubtadî karena beliau memiliki berbagai kebid’ahan dan memiliki beragam khurafât, beliau berjalan di atas metode tasawwûf.
Ketika seorang Ustâdz mentahdzîr umat dari penyimpangannya, baik pada masalah bid’ah-bid’ahnya atau pada ketergelincirannya di dalam berbagai masalah aqîdah lalu menyebutkannya sebagai mubtadî maka itu masuk pada masalah mentahdzîr.
Adapun pujian-pujian ulamâ kepada beliau maka itu masuk pada perkara mentarjamah.

Tidak benar kalau Ustâdz tersebut diharuskan untuk menyebutkan kebaikannya pula, karena ini akan menyeret kepada masalah muwâzanah, sementara dia hanya ingin mentahdzîr dari kesalahannya. Sebagaimana tidak mengharuskan bagi yang memuji untuk menyebutkan kesalahan-kesalahannya, karena mereka hanya memaksudkan mentarjamah, yakni hendaklah menempatkan perkara pada tempatnya:

فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ

“Berikanlah setiap yang memiliki hak pada haknya.” Riwayat Al-Bukhârî.
Letakanlah sesuatu pada tempatnya.
Alhamdulillâh permasalahan ini telah kami jelaskan pada artikel “Perbedaan Antara Tarjamah, Tahdzîr dan Muwâzanah“, yang telah kami sertakan dalîl-dalîlnya.

Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra’âh pada hari Sabtu tanggal 15 Syawwâl 1441 / 6 Juni 2020 di Maktabah Al-Khidhir Bekasi.

⛵️ https://t.me/majaalisalkhidhir/4651