HIDUP DAN MATI UNTUK ALLÂH BUKAN UNTUK DAULAH

Pertanyaan:
Akhî, ini ada titipan pertanyaan tolong tanyakan ke Ustâdz: Ini yang ada di isi kepala saya, di dalam Surah Al-An’âm ayat (162-163):

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ * لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allâh, Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allâh)”.
Jika dibenturkan dengan “NKRI Harga Mati” doktrin ini kadang membingungkan. Sedang NKRI sekarang ada komunisnya, ada syi’ahnya, ada musyriknya dan ada kâfirnya. Apa saya harus mati demi Negara begini? Saya yang gagal paham atau bagaimana?

Jawaban:
Akhî Fillâh _lsemoga Allâh memberikan petunjuk kepada kami dan kepadamu, kalau kita melihat semboyan-semboyan di negeri kita ini, terkadang nampak penyelisihan terhadap nilai-nilai tauhîd, seperti semboyan “hidup dan matiku untuk kemanusian”, “hidup dan matiku untuk negara”, “jiwa ragaku untukmu wahai negeriku….” atau yang semisal itu.
Semboyan seperti itu nyata bertentangan dengan nilai-nilai tauhîd yang disebutkan pada ayat tersebut.

Akhî Fillâh semoga Allâh merahmati kami dan merhamatimu, bukan berarti kemudian kita akan diam bila daulah ini diserang oleh musuh seperti zionis, salibis atau komunis atau yang semisalnya, namun kita dituntut untuk berjihâd bersama pemerintah Muslim dalam memerangi musuh-musuh tersebut, berkata Al-Imâm Ahmad semoga Allâh merahmati kita dan merahmatinya:

ﻭﺍﻟﻐﺰﻭ ﻣﺎﺽ ﻣﻊ ﺍﻷﻣﺮﺍﺀ ﺇﻟﻰ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ، ﺍﻟﺒﺮ ﻭﺍﻟﻔﺎﺟﺮ ﻻ ﻳُﺘﺮَﻙ

“Berjihâd adalah tetap berjalan bersama para penguasa yang baik dan yang jahat sampai hari kiamat, dan tidaklah ditinggalkan.”
Ketika terjadi penindasan dan kezhaliman serta perampasan terhadap harta atau penghalalan terhadap darah yang harâm untuk ditumpahkan atau penghalalan terhadap kehormatan maka yang memiliki kemampuan berkewajiban untuk menegakan keadilan, Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

انصر أخاك ظالما أو مظلوما. فقال رجل: يا رسول الله أنصره إذا كان مظلوما، أفرأيت إذا كان ظالما كيف أنصره؟ قال: تحجزه أو تمنعه من الظلم، فإن ذلك نصره

“Tolonglah saudaramu yang zhâlim atau yang dizhalimi.” Maka seseorang bertanya: Wahai Rasûlullâh, aku menolongnya apabila keberadaannya adalah dizhalimi, apa pendapat engkau jika keberadaannya adalah menzhalimi, bagaimana aku menolongnya? Beliau menjawab: “Kamu mencegahnya atau melarangnya dari berbuat zhâlim maka sesungguhnya demikian itu adalah menolongnya.”
Ini tidak hanya pada sesama orang-orang Islâm, namun bila di sana ada dari saudara-saudari kita orang-orang Muslim menzhalimi orang-orang non Muslim dengan tanpa haq, yang keberadaan mereka dilindungi oleh pemerintah Muslim atau mereka ada perjanjian damai dengan pemerintah Muslim maka kita dituntut untuk melarang dan mencegah saudara-saudari kita tersebut dari melakukan kezhaliman, karena Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

من قتل نفسا معاهدا لم يرح رائحة الجنة، وإن ريحها يوجد من مسيرة أربعين عاما

“Barangsiapa membunuh seorang jiwa yang kâfir dalam keadaan ada perjanjian (dengan pemerintah Muslim) maka dia tidak akan mencium wanginya Surga, padahal wanginya Surga tercium dari jarak perjalanan 40 tahun.”

Begitu pula ketika kita hidup di negeri yang banyak kejelekan dan fitnah ini, ketika kita berada pada ketaatan kepada pemerintah Muslim dalam perkara-perkara kebaikan, ternyata kita dizhalimi, sama saja berbentuk perampasan terhadap harta kita atau penghalalan terhadap darah kita maka kewajiban kita adalah membela diri dan harta kita sebatas kemampuan kita, Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

من قتل دون ماله فهو شهيد

“Barangsiapa terbunuh karena (mempertahankan) hartanya maka dia mati syahîd.” Riwayat Al-Bukhârî dari Abdullâh bin ‘Amr.
Disebutkan di dalam “Shahih Muslim” dari Abû Hurairah Radhiyallâhu ‘Anhu.

جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله أرأيت إن جاء رجل يريد أخذ مالي قال: فلا تعطه مالك. قال: أرأيت إن قاتلني قال: قاتله. قال: أرأيت إن قتلني قال: فأنت شهيد. قال: أرأيت إن قتلته قال: هو في النار.

“Seseorang datang kepada Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam, lalu dia berkata: Wahai Rasûlullâh, apa pendapat engkau jika datang seseorang ingin mengambil hartaku? Beliau menjawab: “Jangan kamu berikan hartamu!”, dia bertanya lagi: Apa pendapat engkau jika dia memerangiku? Beliau menjawab: “Perangi dia!”, dia bertanya lagi: “Apa pendapat engkau jika dia membantaiku? Beliau menjawab: “Kamu mati syahîd.” Dia bertanya lagi: Apa pendapat engkau kalau ternyata aku yang membunuhnya? Beliau menjawab: “Dia di dalam Neraka.”

Demikian yang bisa kami sampaikan semoga Allâh senantiasa memberi taufîq kepada kita untuk beramal, berbuat dan berkata pada apa-apa yang Dia ridhai dan yang Dia cintai.

Dijawab oleh:
Muhammad Al-Khidhir pada tanggal 10 Jumâdil Ûlâ 1438 di Binagriya Pekalongan.

⛵️ https://t.me/majaalisalkhidhir/66