KEKACAUAN MANHAJ MURJI’AH

Pertanyaan:
Pengikut-pengikut murji’ah tidak terima bila sebagian ‘ulamâ mereka dikelommpokkan dengan murji’ah, menurut mereka, karena ‘ulamâ mereka punya jasa besar untuk Islâm?.

Jawaban:
Kalau mereka tidak terima, maka jelas pula para ‘ulamâ besar lebih tidak terima bila Asy-Syaikh Ibnu Jibrîn Rahimahullâh diperlakukan secara berlebihan oleh mereka, sebagaimana perlakuan berlebihan dahulu yang dilakukan oleh salah seorang penerjemah dari Salafî RII, dia menerjemahkan suatu kitâb kumpulan fatwâ-fatwâ ‘ulamâ besar, karena ada fatwa Asy-Syaikh Ibnu Jibrîn Rahimahullâh maka diapun membuang fatwa Asy-Syaikh Ibnu Jibrîn Rahimahullâh setelah mendapatkan komando dari Ustâdz mereka Luqmân Bâ’abduh.
Pembuangan atau penghapusan fatwâ beliau tersebut terkumpul dua kezhaliman:
1) Kezhaliman menghilangkan kebaikan Asy-Syaikh Ibnu Jibrîn Rahimahullâh.
2) Kezhaliman mencacati kitâb orang lain, dengan menghilangkan satu fatwâ saja itu sudah mencacati, apalagi ini menghilangkan seluruh fatwâ Asy-Syaikh Ibnu Jibrîn Rahimahullâh. Itu bertanda ketidakamanahan mereka.

Kemudian mereka para Salafî RII menampakkan kebencian dan barâ’ dari Asy-Syaikh Ibnu Jibrîn Rahimahullâh di saat hidupnya hingga setelah wafatnya. Keadaan mereka sama dengan Salafiyyûn Tsâbitûn, apabila sudah menganggap orang lain hizbî atau mubtadi’ maka mereka akan bara’ darinya semasa hidupnya hingga wafatnya. Kesalahan Asy-Syaikh Ibnu Jibrîn Rahimahullâh pada perkara pembelaan atau pemberi pujian terhadap ahlul bid’ah dari kalangan IM (Ikhwânul Muslimîn), yang hakekatnya IM itu masih tergolong orang-orang Muslim. Sementara sebagian ‘ulamâ Salafî RII dan atau sebagian ‘ulamâ Salafiyyîn Tsâbitîn kesalahan mereka sangat parah dibandingkan kesalahan Asy-Syaikh Ibnu Jibrîn Rahimahullâh, mereka membela atau memuji ahlusy syirk, menganggap ahlusy syirk sebagai orang-orang Muslim, bahkan sampai mengakui orang-orang musyrik sebagai walî amr mereka. Itulah sebesar-besar pembelaan dan pemberian pujian mereka kepada ahlusy syrik, berkata Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطٰنًا مُّبِينًا

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian menjadikan orang-orang kâfir sebagai para walî (pelindung kalian) selain dari orang-orang beriman. Apakah kalian ingin memberi alasan yang jelas bagi Allâh (untuk menghukum kalian)?” (Surat An-Nisâ’: 144).

Mereka semua sama dalam memperlakukan Asy-Syaikh Ibnu Jibrîn Rahimahullâh, kitâb-kitâb beliau dan faîdah-faîdah ilmu beliau ditinggalkan. Sama perlakuan mereka terhadap Al-Ustâdz Abû Mas’ûd Rahimahullâh, mereka bergembira dengan wafatnya, bahkan di antara mereka meyakini bahwa Al-Ustâdz Abû Mas’ûd Rahimahullâh sakit hingga wafat karena terkena doa mereka, karena Al-Ustâdz Abû Mas’ûd Rahimahullâh terlalu zhâlim menurut mereka. Kalau mereka merasa doa mereka mustajâbah, kenapa mereka tidak mempergunakannya untuk mendoakan kaum kuffâr Râfidhah yang telah menzhalimi dan mengusir mereka?. Bukankah Râfidhah semakin menguasai Yaman?!. Mana doa mustajâbah mereka atas Râfidhah supaya Râfidhah binasa dan supaya yang menguasai Yaman adalah mereka saja?. Kenapa mereka tidak mempergunakan doa mereka supaya Yaman dikuasai oleh mereka sehingga mereka bisa menumbuhsuburkan ‘aqîdah murji’ah mereka?!.
Perintah dari Rabbul ‘Âlamîn untuk bara’ dari syirk dan ahlinya malah mereka menerapkannya kepada orang-orang Muslim karena beda manhaj dengan mereka, Wallahul Musta’ân.

(Muhammad Al-Khidhir).

⛵️ https://t.me/majaalisalkhidhir/7555