KEUTAMAAN AL-AGHAR AL-MUZANÎ RADHIYALLÂHU ‘ANHU DAN HADÎTSNYA

Beliau adalah Al-Aghar bin Yasâr Al-Muzanî, beliau termasuk Shahabat dari kalangan Muhâjirîn. Ahlul Bashrah telah meriwayatkan hadîts Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam darinya, demikian pula Abû Burdah bin Abî Mûsâ dan ‘Abdullâh bin ‘Umar Radhiyallâhu ‘Anhum telah meriwayatkan pula darinya, berkata Muslim di dalam “Shahîh”nya (no. 7034):

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ قَالَ: سَمِعْتُ الأَغَرَّ وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ ابْنَ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ

“Telah menceritakan kepada kami Abû Bakr bin Abî Syaibah, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Ghundar, dari Syu’bah, dari ‘Amr bin Murrah, dari Abû Burdah, beliau berkata: Aku mendengar Al-Aghar dan keberadaan beliau termasuk dari para Shahabat Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam, beliau menceritakan hadîts kepada Ibnu ‘Umar, beliau berkata: Berkata Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam: “Wahai manusia bertaubatlah kalian kepada Rabb kalian, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya dalam sehari 100 kali.”

Pada riwayat ini menunjukkan tentang keberadaan Al-Aghar Radhiyallâhu ‘Anhu termasuk dari para Shahabat Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam dan menunjukkan pula bahwa ‘Abdullâh bin ‘Umar Radhiyallâhu ‘Anhum termasuk yang mendengarkan Riwayat darinya. Ini sebagai keutamaan Al-Aghar Radhiyallâhu ‘Anhu. Selain hadîts tersebut, Muslim meriwayatkan pula di dalam “Shahîh”nya (no. 7033) dari jalur Hammâd bin Zaid, dari Tsâbit, dari Abû Burdah, dari Al-Aghar Al-Muzanî yang keberadaannya sebagai Shahabat bahwa Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِي، وَإِنِّي لأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ في اليَوْمِ مَائَةِ مَرَّةٍ

“Sesungguhnya pernah terselubung pada hatiku dan aku benar-benar beristighfâr kepada Allâh dalam sehari sebanyak seratus kali.” Riwayat Muslim (no. 7033).

Dari hadîts ini dapat kita petik beberapa fâidah, di antaranya:

1) Keutamaan orang meriwayatkan dan menyampaikan ilmu, terkadang orang yang lebih berilmu mendapatkan ilmu darinya, sebagaimana ‘Abdullâh bin ‘Umar mendengarkan pula hadîts tersebut dari Al-Aghar Radhiyallâhu ‘Anhum, sungguh benar perkataan Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam:

فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ

“Terkadang orang yang membawa ilmu kepada orang yang lebih berilmu.” Riwayat At-Tirmidzî dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallâhu ‘Anhu.

2) Setiap orang diperintahkan untuk bertaubat kepada Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ, orang yang kâfir diperintah untuk bertaubat dengan bentuk menjadikan Islâm sebagai agamanya dan membuktikan taubat dengan lisannya yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah itu melaksanakan segala konsekuensi dua kalimat syahadat, yaitu melaksanakan berbagai perintah Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ dan menjauhi segala larangan-Nya. Adapun orang muslim maka dia diperintah untuk bertaubat dari dosa-dosanya, dia mengucapkan istighfâr dengan lisannya, membuktikan dengan perbuatannya berupa meninggalkan segala dosanya dan bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa-dosanya. Kemudian giat beramal shâlih, memperbanyak berdzikir kepada Allâh ‘Azza wa Jalla terkhusus dengan dzikir yang agung ini yaitu dia beristighfâr kepada Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ, terutama pada waktu sahur hendaklah memperbanyak beristighfâr, berkata Allâh ‘Azza wa Jalla:

وَبِٱلۡأَسۡحَارِ هُمۡ یَسۡتَغۡفِرُونَ

“Pada waktu sahur mereka beristighfâr.” [Surat Adz-Dzâriyât: 18].

3) Keutamaan kontinyu dalam berdzikir dan beristighfâr pada setiap hari, Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam telah menyontohkan untuk beramal secara kontinyu, beliau beristighfâr dalam sehari 100 kali, ini beliau lakukan secara kontinyu dan ini merupakan sunnah beliau, berkata ‘Âisyah Radhiyallâhu ‘Anhâ:

سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ: أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

“Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam pernah ditanya: Amalan-amalan manakah yang paling dicintai oleh Allâh? Beliau menjawab: “Yang paling kontinyunya meskipun sedikit.” Riwayat Al-Bukhârî (no. 6465).

4) Keutamaan orang yang beristighfâr, bahwasanya Allâh ‘Azza wa Jalla akan menyelamatkan orang yang beristighfâr dan Dia akan mengangkat balâ’ dari setiap orang yang beristighfâr:

وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمۡ وَهُمۡ یَسۡتَغۡفِرُونَ

“Tidaklah Allâh menghukum mereka dalam keadaan mereka beristighfâr.” [Surat Al-Anfâl: 33]. Ini menunjukkan tentang keutamaan beristighfâr kepada Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ.

Dinukil dari kajian Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra’âh pada pembacaan kitâb Al-Maqâlah (hadîts no. 5), malam Jum’at tanggal 8 Ramadhân 1441 / 1 Mei 2020 di Maktabah Al-Khidhir Bekasi.