PUASA ‘ARAFAH SESUAI RU’YAH HILÂL MASING-MASING NEGERI

Pertanyaan:
Bagaimana menanggapi pernyataan ini dari sebagian dâ’î Nusantara: “Puasa ‘Arafah yang benarnya hari Jum’at kemarin karena bertepatan dengan jamâ’ah haji wuqûf di ‘Arafah, lagi pula puasa ‘Arafah itu berkaitan dengan waktu dan tempat. Jadi salah besar dan juga harâm yang puasa hari Sabtu ini karena hari ini hari ‘Ied.”

Jawaban:
Kalau mereka yang berada di negeri ini melakukan puasa tanggal 9 Dzulhijjah dengan mengaitkan keberadaan jamâ’ah haji wuqûf di ‘Arafah maka yang puasa hari Jum’at kemarin telah mendahului melakukan puasa sebelum jamâ’ah haji wuqûf di ‘Arafah. Sementara jamâ’ah haji memulai wuqûf di ‘arafah itu setelah matahari tergelincir sesuai waktu di Makkah, Jumhûr ‘ulamâ berpendapat:

يبدأُ الوقوفُ بعَرَفةَ مِن زوالِ الشَّمْسِ يومَ التَّاسِعِ مِن ذي الحِجَّةِ

“Memulai wuqûf di ‘Arafah dari tergelincirnya matahari pada hari kesembilan dari bulan Dzulhijjah.”
Waktu di Makkah saat matahari tergelincir jika dikaitkan dengan waktu di negeri ini maka di negeri ini sudah mendekati waktu maghrib, artinya hari di negeri ini sudah hampir habis, sementara di Makkah masih tengah hari. Barangkali mereka yang berada di negeri ini melakukan puasa pada hari Jum’at kemarin, merasa mengikuti keberadaan Jamâ’ah haji wuqûf di ‘Arafah, padahal jamâ’ah haji belum wuqûf di ‘Arafah karena di sana masih malam. Jadi jelas ini tidak mengikuti waktu dan tempat wuqûf di ‘Arafah tapi justru mendahului.

Demikian pula sebagian orang yang shalat ‘Ied hari ini mengaku mengikuti Makkah, padahal kenyataannya tidak mengikuti Makkah, justru mendahului Makkah. Mereka yang shalat hari ini, setelah mereka selesai shalat jika dikaitkan dengan waktu di Makkah, ternyata di Makkah sana masih gelap malam, mungkin baru mulai masuk hari ‘Ied, orang-orang Makkah belum pada shalat ‘Ied. Jelas ini bukan mengikuti Makkah tapi mendahului Makkah.

Maka dari itu, kita tidak mencukupkan dengan ru’yah hilâl Makkah sebagaimana ‘Abdullâh bin ‘Abbâs Radhiyallâhu ‘Anhumâ tidak mencukupkan dengan ru’yah hilâl Syam. Adapun bagi mereka yang memaksakan untuk mengikuti ru’yah Makkah maka sungguh telah ditanggapi oleh Al-Imâm Ibnu Bâzz Rahmatullâh ‘Alainâ wa ‘Alaih:

فأما قول من قال إنه ينبغي أن يكون المعتبر رؤية هلال مكة خاصة، فلا أصل له ولا دليل عليه

“Adapun perkataan orang yang berkata bahwasanya ru’yah yang teranggap itu adalah ru’yah Makkah secara khusus maka tidak ada dasar baginya dan tidak ada pula dalîlnya.”

Dijawab oleh:
Abû Ahmad Al-Khidhir bin Salîm Al-Limborî pada hari Sabtu 9 Dzulhijjah 1443 / 9 Juli 2022 di Pondok Pesantren / Majaalis Al-Khidhir Cipancur Klapanunggal Bogor.

⛵️ https://t.me/majaalisalkhidhir/6594